Renungan Indah Oleh W.S Rendra

0 komentar

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus
berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka
selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup
dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama
saja”
(Puisi terakhir Rendra yang
dituliskannya diatas ranjang RS)


Jangan Terpengaruh!

0 komentar
Ada 2 org ibu memasuki toko pakaian & ingin membeli baju.
Ternyata pemilik toko lagi bad mood sehingga tidak melayani dgn baik, malah terkesan buruk, tidak sopan dgn muka cemberut. Ibu pertama jengkel menerima layanan yg buruk seperti itu...
Yg mengherankan, ibu kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan pd penjualnya.
Ibu pertama bertanya, “Mengapa Ibu bersikap demikian sopan pd penjual yg menyebalkan itu?” Lantas dijawab “kenapa aku hrs mengizinkan dia menentukan caraku dlm bertindak? Kitalah penentu atas hidup Kita, bukan org lain.”
"Tapi dia melayani Kita dgn buruk sekali" bantah Ibu pertama.
"Itu masalah dia. Kalau dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk dan lainnya, toh tidak Ada kaitannya dengan kita. Kalau Kita sampai terpengaruh, berarti Kita membiarkan dia mengatur & menentukan hidup Kita, padahal Kita yg bertanggung jawab atas diri Kita," jelas Ibu kedua.

Tindakan Kita kerap dipengaruhi oleh tindakan org lain.
Kalau org memperlakukan Kita buruk, Kita akan membalasnya dngan hal yg buruk juga dan sebaliknya.
Kalau org tdk sopan, Kita akan lebih tidak sopan lagi.
Kalau org lain pelit pd Kita, Kita yg semula pemurah tiba² jadinya demikian pelit, kalau hrs berurusan dgn org tsb. Ini berarti tindakan kita dipengaruhi oleh tindakan org lain.
Kalau direnungkan, sebenarnya betapa tdk arifnya tindakan Kita,
Kenapa utk berbuat baik saja, hrs menunggu org lain baik dulu?

Jagalah suasana hati Kita sendiri,
jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara Kita bertindak !
Kita yang bertanggung jawab atas hidup Kita, bukan orang lain...
Hidup Kita terlalu berharga..., oleh sebab itu :"Make Your Self Have a Meaning for Others !!"

Pemenang kehidupan adalah Orang yang tetap sejuk di tempat yg panas, yang tetap manis di tempat yg sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar. Dan yang tetap tenang di tengah badai yang paling hebat.